Sabtu, 21 Mei 2011

Info Backpacker Semarang

Salam Ransel…Kota selanjutnya adalah Semarang, kota dengan iklim cuaca panas dan bangunan – bangunan tua-nya yang eksotis dan sangat bersejarah ini cukup pantas apabila disebut sebagai “The Lost old City in Central Java”, sebutan sedikit berlebihan tetapi akan menjadi pantas setelah Backpackers menyusuri gang – gang sempit dengan arsitekturnya yang khas. Just in my humble opinion…!!. Lanjut dengan rute perjalanannya, kota Semarang sebagai ibukota provinsi jawa tengah sudah pasti sangat mudah dijangkau dengan menggunakan moda transportasi yang ada, namun kali ini tetap dengan ala backpacker. Sehubungan saya tinggal dekat dengan kota Jakarta, jadi yang saya tulis transportasi dari kota Jakarta. Dari Jakarta untuk menuju Semarang bisa menggunakan bis atau kereta api, namun kali ini saya lebih memilih menggunakan kereta api.

Stasiun Pasar Senen - Jakarta, menggunakan kereta ekonomi Tawang Jaya tarif Rp 37.000; kereta tersebut akan berhenti di Stasiun Poncol Semarang, kereta berangkat pukul 21.30 dan tiba pada paling cepat pada pukul 05.30 keesokan harinya, namun sering sekali terlambat apabila Backpackers berangkat dari Jakarta weekend, sehingga baru sampai sekitar pukul 06.30 – 07.30. Sengaja saya pilih berangkat malam hari selain bisa mengirit tempat menginap, kereta tiba di Semarang pagi hari jadi bisa langsung keluyuran di spot – spot terbaik kota Semarang.

Objek - objek Wisata Semarang, tempat wisata di kota Semarang cukup beragam namun yang khas adalah Kota Tua, Lawang Sewu, Tugu Muda, Pecinan, Menara Sam Poo Kong, Simpang Lima dll. Jantung Kota Semarang cukup bersih dan tertata rapih, perekonomian di Semarang juga berkembang dengan pesat, dengan banyaknya di bangun pusat perbelanjaan seperti Mall – mall dan ruko yang terdapat di sepanjang jalan utama, tak ayal ini membuat kota Semarang cukup padat dengan kendaraan dan bias menimbulkan kemacetan, tapi tidak separah Jakarta, masyarakat Semarang tidak sedikit yang masih menggunakan sepeda ontel (sepeda tua) sebagai moda transportasinya.

Kota Tua Semarang, sajian arsitektur dari abad ke 20 yang sangat kental terlihat dari bangunannya, gaya eropa belanda dengan pilar – pilar yang menjujung tinggi. Salah satunya adalah bangunan Gereja Bleduk dan Gedung yang sekarang dijadikan kantor bank BUMN pemerintah. Belum lagi apabila Backpackers menyusuri gang – gang sempitnya yang seolah – olah membawa Backpackers ke jaman dahulu dimana pemerintah belanda masih berkuasa. Masih banyak lagi tempat - tempat yang sangat unik, salah satunya ada gang yang pernah di jadikan sebagai lokasi syuting film ayat - ayat cinta, dimana masih terdapat tulisan - tulisan arab pada dinding sepanjang gang tersebut.

Lawang Sewu, Sebenarnya bangunan ini adalah gedung sekolah kereta api pada jaman pemerintahan Belanda, banyak yang bilang apabila belum ke Lawang Sewu berarti belum lengkap mengunjungi Semarang, Namun Lawang Sewu juga memiliki masa kelam pada saat pendudukan tentara jepang. Dimana banyak masyarakat yang dibantai dimana mayatnya di buang di sungai tepat disamping Lawang Sewu, bahkan menurut pemandu setempat mayat tersebut tanpa kepala, dan kepalanya dikubur di halaman depan Lawang Sewu, dimana terdapat seonggok tugu untuk mengenangnya, ada lagi di salah satu ruangan dilantai tiga yang terdapat palang – palang besi digunakan untuk mengantung masyarakat yang anti penjajah, memang suasana mistis sangat terasa di setiap ruangan, sebaiknya tidak sendiri pada saat menyusuri Lawang Sewu, gunakanlah pemandu setempat dengan tarif Rp 10.000 – 15.000, atau mau lebih menantang lagi, wisata Lawang Sewu menawarkan wisata malam yang memacu adrenalin mulai pukul 19.30 – 24.00 bagi kamu – kamu yang bernyali tinggi . Mauuu…???

Pecinan, Cukup deh mistis – mistisannya, sekarang Backpackers lanjut ke Pecinan (Komunitas masyarakat cina atau tiong hoa), kebetulan waktu ke Semarang menjelang Imlek (Tahun Baru Cina) hampir setiap rumah dan gang – gang berhias dengan lampu lampion dan dipenuhi warna merah. Kalau ke Pecinan jangan lupa mampir ke kuil Sam poo Kong dengan tarif Rp 5.000/orang, di kuil tersebut terdapat beberapan banguna khas Cina daratan dengan setiap ujung gentengnya di buat melengkung dengan balutan kayu bercat merah, kemudian juga terdapat patung – patung khas dewa kayangan dari cerita kuno Negeri Cina.

Kawasan Simpang Lima, Satu lagi tempat di Semarang yang layak dikunjungi adalah Kawasan Simpang Lima, juga di sebut jantungnya kota Semarang. Pada Kawasan Simpang Lima banyak terdapat toko – toko dan tempat jajanan kaki lima, paling enak mengunjungi tempat ini menjelang malam hari karena keramaian baru dimulai. Kalau ke Simpang Lima tak lengkap apabila tidak mencicipi salah satu makanannya.

Nasi Pecel mbok Sador , salah satu tempat kuliner yang paling ramai di kunjungi, walaupun hanya menyajikan nasi pecel dan gorengan para pengunjungnya tidak sedikit dari kalangan menengah keatas, namun ga usah sungkan, tetap cocok buat para backpacker seporsinya mulai 5.000 – 12.000 sesuai isinya, diutamakan dapat tempat duduk terlebih dahulu baru mesan, karena pada malam hari sangat ramai. Setelah dapet tempat seorang pelayan lelaki setengah baya akan akan menghampiri Backpackers sekalian untuk menanyakan menu apa yang mau Backpackers pesan.

Tembalang Gombel, Setelah menikmati kota Semarang pada malam hari, kunjungi juga kawasan Tembalang yang memiliki tempat wisata seperti Kuil Watu Gong dan Bukit Gombel, perlu diketahui oleh teman – teman backpacker mania, Semarang memiliki dua wilayah yaitu wilayah dataran rendah seperti kawasan diatas dan wilayah dataran tinggi seperti kawasan Tembalang, cuaca di kawasan ini sejuk di pagi dan malam hari namun cukup hangat pada siang hari. Sebenarnya tidak banyak wisata di wilayah bagian atas ini, Kuil watu Gong adalah kuil yang memiliki menara yang cukup tinggi dan bangunan tempat ibadah masyarakat tiong hoa, kemudian Bukit Gombel adalah tempat untuk melihat pemandangan kota Semarang di bagian bawah, biasanya Bukit Gombel dikunjungi pada malam hari, karena kota Semarang lebih cantik apabila dilihat pada malam hari dengan kerlap – kerlip lampu yang menghiasi kota. Banyak muda – mudi yang menghabiskan malam disini, sambil berkumpul dengan teman atau orang yang dikasihi, ehmm..??. Sebaiknya berkunjung ke Tembalang pada sore hari terlebih dahulu mengunjungi kuil Watu Gong dan menjelang malam kembali ke kota sekalian mampir ke Bukit Gombel, kedua tempat wisata diatas gratis dan Backpackers hanya membayar biaya parkir, itu juga kalau Backpackers membawa kendaraan.

Moda Transportasi, Kota Semarang cukup jelas angkutan umumnya apalagi juga terdapat trans Semarang. Hampir semua angkutan umum di semarang pasti melalui Simpang Tugu Muda dan Simpang Lima, jadi buat teman – teman yang tiba di Stasiun bias menggunakan angkutan umum yang menuju kedua tempat diatas dari depan stasiun. Tips yang baru sampai Semarang, lebih baik kunjungi kawasan Simpang Tugu Muda sekalian ke Lawang Sewu, angkutan dari Stasiun ambil Rute Tugu Muda tarif Rp 4.000, kemudian menjelang sore menuju Kawasan Simpang Lima dengan tarif Rp 2.000 dari depan Lawang Sewu, keesokannya berkujung ke Kota Tua dan Pecinan, sebaiknya menggunakan transportasi becak Rp 10.000 – 15.000 untuk berkeliling (bisa ditawar) kalau masih sempat menjelang siang kunjungi Tembalang.

Makanan Khas Semarang, tak lengkap rasanya berkunjung ke satu kota tanpa mencicipi kuliner khas dari kota yang Backpackers kunjungi. Lumpia (Lonpia bahasa aslinya), makana dengan isian tumisan rebung dan udang yang di balut kulit dari tempung terigu, biasanya disajikan dengan digoreng atau di kukus. Untuk menikmati Lumpia teman – teman bisa mengunjungi Jl. Pandanaran, dimana banyak pedagang lumpia di sepanjang jalan, atau bisa menuju gang lombok untuk menikmati lumpia dengan cita rasa asli. Wingko Babat, kue kering khas Semarang dengan berbagai rasa seperti, kelapa, durian, coklat dsb. Untuk mendapatkannya di Jl. Pandanaran juga banyak penjual yang berjualan di emperan jalan. Jl. Pandanaran adalah pusat oleh - oleh khas Semarang, makanya tidak heran oleh – oleh khas Semarang juga tersedia disini.

Losmen / Penginapan, disepanjang Kawasan Simpang Lima banyak terdapat losmen dengan ala backpacker tarif bekisar mulai Rp 75.000 – 250.000; kenapa harus menginap, karena untuk berkunjung ke tempat wisata di Semarang tidak cukup seharian penuh, alasan paling logis adalah untuk mengembalikan energi Backpackers setelah lelah dalam perjalanan. Dibawah ini beberapa penginapan yang cocok buat Backpacker.
Wisma Fastabiq, penginapan bernuansa islami terletak di Jl. Teuku Umar (dari Simpang Lima 10 – 15 menit) Telp. 024. 83156825, tariff di penginapan ini 100.000 – 150.000.
Wisma Mugas Pemda Jateng, penginapan ini terletak di Depan Stadion Tri lomba Juang, telp. 024. 8411093 tarifnya mulai 60.000 - 120.000 dengan fasilitas kamar mandinya di dalam.
Wisma Kesehatan, terletak di Kawasan Simpang Lima, telp 024. 8311465 dengan tariff /malamnya mulai 80.000 – 150.000, salah satu kamarnya ada fasilitas AC.
Wisma Bapelkes, terletak di Jl. Pahlawan No. 1 (depan Ramayana Simpang Lima), telp 024-8311465. tarifnya mulai 50.000/kamar dan bisa untuk berdua.
Guesthouse Permata Hijau telp. 024.8316395 (Dekat dengan kampus UNDIP Pleburan).

Berlibur ke Semarang bisa kapan saja, memang menjelang Imlek terasa lebih berbeda daripada dikunjungi pada waktu lainnya, namun pada waktu kapan pun Semarang tetap Semarang, kota yang menyajikan nuansa tempo doeloe secara total tidak seperti kota lainnya di Indonesia.

Semoga Membantu dan Selamat Berlibur….!!!!

Selasa, 17 Mei 2011

Info Backpacker Lombok

Salam Ransel, hallow para Backpackers,,
lombok, lombok, lombok,,,yap siapa yang ngga kenal lombok. Pulau yang terletak di provinsi NTB itu menyimpan banyak keindahan dan membuat penasaran bagi para wisatawan yang akan mengunjunginya, info dibawah ini akan menjelaskan perjalanan menuju Pulau lombok dan tetap dengan cara para Backpackers alias jalan – jalan murah tapi ngga murahan, lanjuuuuutt….!

Stasiun Pasar Senen Jakarta, bagi Backpackers yang tinggal dekat dengan kota Jakarta stasiun ini bisa dijadikan alternatif utama untuk melakukan perjalanan, karena stasiun ini bisa melakukan pemesanan tiket kelas ekonomi satu minggu sebelum keberangkatan. KA Ekonomi Kertajaya (Pasar Senen JKT – Pasar Turi SBY) menjadi pilihan saya dalam mengawali perjalanan kali ini, tarif tiket Rp 43.500 dan kereta berangkat pukul 16.00 WIB kemudian tiba pukul 06.00 WIB di Stasiun Pasar Turi Surabaya. Dari Stasiun Pasar Turi Backpackers harus menuju Stasiun Gubeng menggunakan angkot line warna hijau dari sebrang Stasiun dengan tarif Rp 3.000 lama perjalanan 30 menit. Sesampainya di Stasiun Gubeng Backpackers bisa langsung membeli tiket KA Bisnis Mutiara Timur Rp 85.000 menuju kota Banyuwangi, kereta ini berangkat pukul 09.00 WIB dan tiba di Stasiun Banyuwangi Baru pukul 16.00 WIB, kemudian Backpackers harus berjalan kaki sekitar 500 meter menuju pelabuhan Ketapang.

Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, selanjutnya Backpackers harus membeli tiket ferry Rp 6.000 menuju Pelabuhan Gilimanuk Bali, kapal ferry ada yang berangkat pukul 17.00 WIB satu jam kemudian kapal ferry tiba di Pelabuhan Gilimanuk pukul 19.00 WITA (perbedaan waktu satu jam). Perjalanan selanjutnya menuju pelabuhan Padang Bai menggunakan bis Rp 40.000, namun bis terakhir pukul 17.00 WITA dan baru beroperasi kembali sekitar pukul 01.30 WITA, nah Backpackers bisa beristirahat di Terminal Gilimanuk beberapa jam sambil menunggu bis beroperasi kembali. Dari Terminal Gilimanuk bis diberangkatkan pukul 02.00 WITA dan transit sejenak di Terminal Denpasar pukul 06.00 WITA, selama perjalanan Gilimanuk – Denpasar Backpackers dapat melihat ketaatan supir dan kondektur dalam melakukan sembahyang setiap bis mendapati Pura. Setengah jam kemudian bis berangkat menuju Pelabuhan Padang Bai dan tiba pukul 07.30 WITA.


Pelabuhan Padang Bai Bali, selanjutnya Backapackers melanjutkan perjalanan dengan menyebrang ke Pulau Lombok menuju Pelabuhan Lembar dengan menggunakan ferry Rp 35.000 berangkat pukul 08.30 WITA, setibanya di Pelabuhan Padang Bai sebaiknya Backpackers melakukan Sarapan untuk mengurangi dampak angin laut selama perjalanan, karena penyebrangan Bali – Lombok sekitar 3.5 jam sampai 4 jam dan laut lombok cukup tinggi gelombangnya. Pukul 12.00 WITA ferry merapat di Pelabuhan Lembar, kemudian Backpackers lanjut menggunakan angkutan koperasi pelabuhan menuju daerah Cakranegara (cakra) Rp 15.000, tiba di cakra Backpackers berganti angkutan menuju padang roe Rp 3.000 dan berganti angkutan kembali untuk lanjut menuju kawasan Senggigi Rp 3.000 dari Pasar roe. Akhir tiba di Senggigi pukul 14.30 WITA dan langsung check in penginapan ala Backpackers yaitu Hotel Elen (cp: beuli wayan 0370693014) Rp 100.000/malam. Penginapan di kawasan senggigi bervariatif, namun ala Backpackers banyak pilihan dan tarif mulai 80.000 – 250.000. Backpacker bisa googling untuk mengetahui info penginapan murah di Lombok.

Objek – objek wisata di Lombok :

Pantai Senggigi, buat para Backpackers pasti taulah Pantai Senggigi, pantai dengan pemandangan yang sangat indah dan romantis, untuk menuju Pantai Senggigi Backpackers harus berjalan menuju Sengggi Beach Hotel, karena pintu gerbangnya satu arah dengan hotel tersebut. Dengan tarif Rp 1.000 Backpackers sudah bisa menikmati keindahan Pantai Senggigi. Sunset atau matahari terbenam adalah waktu yang sangat dinanti oleh para wisatawan dan terutama wisatawan asing yang berasal dari Eropa, mereka langsung berpasang – pasangan dan tidak sedikit melakukan sunset kissing..tittttt…bikin ngiri…Memang pemandang pada saat Sunset di senggigi sangat berbeda dan lebih indah, dimana apabila cuaca cerah background pantai Sengigigi adalah Gunung Agung yang berada jauh di Bali Nice..Buat para Backpackers yang mau foto – foto langsung ambil kamera dan say buncis……!

Gili Trawangan, gili Meno, gili Nangu, tarik napassss hfffffttt…kalau kita ngomongin ketiga Gili diatas sudah pasti dalam bayangan kita adalah surga dunia. Subhanallah..indah bangettt, Gili Trawangan adalah Gili (pulau kecil) yang paling sering dikunjungi dan sudah pasti karena yang paling the best pemandangannya, baik pantainya maupun bawah lautnya, mungkin sesuai dengan namanya Trawangan dimana orang –orang dapat menerawang keindahannya (ngga nyambung). Untuk menuju Gilitrawangan Backpackers harus ke Pelabuhan Bangsal terlebih dahulu dari kawasan Senggigi, apabila menggunakan sepeda motor memakan waktu selam 30 menit. Sesampainya di Pelabuhan Bangsal lanjut menggunakan perahu boat kecil Rp 10.000 dengan daya tampung 20 – 25 orang, cukup aman karena di dalam perahu boat tersedia jumlah pelampung yang memadai, dari pelabuhan Bangsal juga bisa menuju Gili lainnya seperti Gili Meno Rp 8.000 dan Gili Nangu Rp 7.000 dan perahu boat berangkat apabila jumlah kuota penumpang terpenuhi. Hampir 90 persen pengunjung Gilitrawangan adalah wisatawan asing (bule semua), teriknya cahaya matahari yang menjadi pemikat mereka untuk mengunjungi Gili ini, beberapa aktivitas yang bisa dilakukan di Gili Trawangan seperti berjemur, bersepeda, menyelam dan yang paling seru snorkeling di pantainya, terumbu karang di Gili ini masih sangat terjaga dan tidak perlu jauh – jauh ketengah Backpackers sudah bisa mendapati gugusan terumbu karang dan ikan - ikan hias khas akuarium yang selalu menemani Backpackers sekalian, untuk snorkeling biaya sewa peralatan snorkeling (Snorkel Fins) Rp 25.000. Sebaiknya menuju Gilitrawangan pagi hari jangan terlalu siang, supaya bisa menikmati Gili ini lebih lama. Perahu boat terakhir menuju Pelabuhan Bangsal adalah pukul 16.00 WITA

Pantai Malimbu, nah pantai yang satu ini tidak kalah menarik dari pantai Senggigi, pantai Malimbu memiliki pemandangan yang khas pula. Pantai dengan bukit hijau dan pasir putih yang luas, air laut yang biru cenderung hijau dan yang paling penting BERSIH, waktu saya mengunjungi pantai ini tidak dikenakan biaya alias gratis sobbb, pintu masuk terletak dipinggir jalan dan langsung disambut dengan rumput hijau dan pohon kelapa yang gagah berdiri. Apabila pulang dari Gilitrawangan kembali menuju Senggigi jangan melewatkan Pantai Malimbu yang juga spot terbaik untuk menikmati Sunset menurut penduduk setempat.

Pantai Kuta Lombok, kuta ternyata bukan hanya terdapat di Bali, lombok juga punya lho. Penasaran dengan pantai tersebut keesokan harinya saya menuju ke Pantai Kuta dan saya putuskan selepas solat shubuh langsung berangkat, supaya bisa menikmati udara pagi di pantai tersebut. Dari Senggigi menuju Pantai Kuta memakan waktu perjalanan selama 2 jam menggunakan sepeda motor dengan kecepatan rata – rata 80 Km/jam (putus VR46). Pantai ini terletak di Lombok tengah, ternyata kondisi jalan menuju kuta cukup mulus dan sejuk, karena pepohonan dijaga keasriannya. Pukul 08.00 WITA saya tiba di Pantai Kuta, sangking takjubnya berkali – kali saya menelan ludah, jadi ini yang dinamakan Pantai Kuta Lombok, Gilaaaaaa….masih alami dan saya merasa seperti menemukan pantai yang tersembunyi, karena masih sedikit wisatawan yang mengunjunginya selain cukup jauh dan akomodas di sekitar pantai ini tidak terlalu banyak, mungkin ini penyebab kenapa Pantai Kuta masih jarang dikunjungi. Pantai Kuta lombok juga tidak ada biaya alias gratis juga, Puassss…, apabila Backpackers mengunjungi Pantai Kuta Lombok jangan lupan juga mengunjungi Tanjung Aan sekitar 15 – 20 menit dari Kuta.

Desa Adat Suku Sasak, menuju desa ini hanya 20 menit dari Pantai Kuta dan jalan yang kita lalui adalah jalan pulang kembali ke kota Mataram atau Senggigi. Suku sasak adalah suku asli lombok yang masih setia dengan adat istiadatnya mulai dari bangunan rumah, pakaian, aktivitas sehari – hari bahkan sampai proses mendapat sang calon istri yang dilakukan calon suaminya dan menurut saya sangat unik, dimana calon suami harus menculik si calon istri tanpa diketahui pihak keluarga calon istri, jadi apabila kehilangan anak perawannya biasanya keluarga tidak terlalu khawatir malah cenderung bahagia, karena anaknya akan dipinang orang (enak beneeeer), dan semua ini tanpa skenario yang biasa kita lihat di acara drama realiti salah satu stasiun Tv. Untuk menelusuri desa ini Backpackers akan di pandu oleh guide dan dengan tarif se’ikhlasnya (awas jangan pelit), disana Backpackers juga bisa membeli beberapa cinderamata khas suku sasak seperti gelang, kalung, dan sebagainya. Letaknya sangat strategis terdapat di kanan jalan menuju kota Mataram dari pantai Kuta, disana juga terdapat areal parker dan sekali lagi gratisss…

Taman Narmada, terletak ditengah kota menuju kawasan bertais sekitar 30 menit dari senggigi, taman ini adalah bentuk sederhananya dari danau sagara anak yang terdapat di Taman Nasional Gunung Rinjani, dahulu raja mataram selalu sembahyang menuju Danau tersebut, namun untuk keamanan jiwanya yang sudah tua, sang penasihat kerajaan membuat duplikatnya yaitu Taman Narmada (base on true story). Di taman ini Backpackers bisa melihat danau awet muda (mitos) dan beberapa pura tempat sembahyang, di taman ini juga terdapat fasilitas kolam renang dan outbound. Jadi kalau Bacpackers mau relaksasi kolam renang dan fasilitas outbound bisa jadi alternatif. Di sini juga terdapat kios yang menawarkan oleh – oleh dan cinderamata khas Lombok seperti kaos, sarung lombok dan sebagainya. Untuk memasuki kawasan Taman Narmada dikenakan biaya sebesar Rp 5.000 untuk satu orang.

Note :
- Sebenarnya melalui jogja juga bisa untuk menuju banyuwangi denga menggunakan KA ekonomi Sritanjung dari Stasiun Lempuyangan Rp 35.000.
- Transportasi di Lombok sebaiknya menyewa motor Rp 50.000/hari.
- Sebaiknya bahkan harus, setiap membeli tiket di Pelabuhan di loket resmi dan jangan beli di calo yang sangat aktif menawarkan tiket.
- Jangan lupa membawa KTP, karena masuk Bali selalu ada pemeriksaan KTP

Rincian Biaya :

Biaya Transportasi

 Jakarta - Lombok
Jakarta – SurabayaRp 43.500  
Surabaya – Banyuwangi Rp 80.000  
Banyuwangi – Gilimanuk Rp6.000  
Gilimanuk – Padang Bay Rp 40.000  
Padang Bay – Lembar Rp 30.000  
Lembar – Mataram (Cakra) Rp 15.000  
Cakra - Padang roe Rp 3.000  
Padang roe - Senggigi Rp 3.000

TOTAL Rp 220.500
Transportasi di LombokSewa motor 2 hari Rp 100.000  
Tiket Wisata Taman Narmada Rp 5.000  
Tiket Wisata Batu Bolong Rp 5.000 
 Tiket Desa Senaru Rp 5.000  
Tiket Air Terjun Tilep Rp 5.000  
Bensin Rp 20.000

TOTAL Rp 140.000Senggigi - Gilitrawangan 

Bangsal - Gilitrawangan PP Rp 20.000 (KAPAL BOET)

Biaya Akomodasi

 Penginapan Lombok /malam *Rp* *100.000*

Note : sebaiknya berdua atau lebih dari satu dan jumlahnya genap
(berdua, berempat,dst,,) supaya sharingnya gampang, sewa motor selam
dilombok, hati2 dengan ongkos yang di tembak, info diatas bisa sebagai
pegangan, jgn pernah skali2 beli tiket kapal ferry sama calo, apalagi
supir truck, mereka giat banget nawarin di pelabuhan padang bai dan
ketapang, untuk itenerarynya ada di note facebok saya, add aja fb
saya...

itu aja kayanya,,salam Ransel
"Seberapa berani anda melalukan perjalanan, dan bukan hanya sekedar tujuan"


Minggu, 15 Mei 2011

Info Backpacker Jogja

Ramai kaki lima menyajikan khas berselera, orang duduk bersila, aksi musisi jalanan, persimpangan dan gang – gang sempit, senyuman ramah sederhana, sepertinya persepsi orang akan sama, dapat dipastikan kalimat pembuka diatas mengarahkan pada satu Kota di Indonesia tercinta yaitu Jogjakarta. Kali ini saya mengunjungi Kota tersebut, dengan cara yang sama ala Ransel atau biasa disebut Backpacker. Setelah mendapat uti dari kantor, akhirnya niat yang telah lama terpendam dapat dilaksanakan. Alhamdulillah… Baik kita mulai perjalanannya, berhubung saya tinggal dekat dengan Jakarta maka Stasiun Pasar Senen jadi tujuan utama saya. Ba’da magrib saya tiba di Stasiun, dan langsung menuju loket tiket kereta ekonomi Jalur Selatan. Saya menggunakan KA Progo dengan tujuan akhir Stasiun Lempuyangan dengan tarif tiket yang sangat bersahabat Rp 35.000, kereta berangkat pukul 21.00 WIB (ontime biasanya) dan tiba di Stasiun Lempuyangan menurut jadwal yang tertera pada tiket 07.04 WIB, namun biasanya selalu terlambat 1 jam. Maklum kereta kelas ekonomi selalu mengalah apabila akan disusul atau bersilangan dengan kereta kelas bisnis dan eksekutif and Its normal. Pukul 08.00 tiba di Stasiun Lempuyangan dan seorang teman yang sudah dianggap adik sendiri telah menunggu dengan setia di Stasiun.

Beruntung kali ini saya dapat tumpangan gratis dirumah teman untuk menginap selama saya di Jogja, sehingga bujet untuk biaya penginapan bisa di skip Alhamdulillah…Namun buat teman – teman yang akan berkunjung ke Jogja dan harus sewa penginapan tidak perlu risau di Jogja banyak penginapan yang murah – murah, langsung saja menuju jalan Malioboro, Pasar kembang atau Sosrowijayan dimana tempat para turis – turis untuk mencari penginapan dengan tarif yang terjangkau mulai Rp 100.000; bahkan bisa ditawar kalu tidak cocok kita bisa pindah ke penginapan lainnya. Beberapa penginapan diantaranya adalah.

- Lotus Losmen, Jl Sosrowijayan Wetan Bl GT-1/167 YOGYAKARTA
- Jaya Losmen, Kp Sosrowijayan Wetan Bl GT-1/79 YOGYAKARTA
- Dewa Home Stay, Kp Sosrowijayan Wetan Bl GT-I/154 YOGYAKARTA
- Candi Losmen, Jl Pasar Kembang 5 YOGYAKARTA
- Islam Losmen, Jl Malioboro 24-B RT 010/06 YOGYAKARTA

Setelah beristirahat sejenak tidak buang waktu lagi saya langsung menuju shelter Trans Jogja didepan Kampus UGM, kebetulan teman kost di kawasan Kampus UGM. Trans Jogja menjadi pilihat yang hemat untuk menuju beberapa wisata yang terdapat di Kota Jogja, hanya dengan tarif Rp 3.000; kita sudah bisa berkeliling di Kota Jogja. Trans Jogja memiliki beberapa rute yang selalu melewati tempat Wisata. Berangkat….

Objek - objek wisata di Jogja :
Benteng Vredeburg yang terletak di samping Pasar Bringharjo satu arah dengan Malioboro, dan saya menggunakan Trans Jogja nomor 3A. Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang dibangun tahun 1765 oleh VOC di Yogyakarta selama masa kolonial VOC. Gedung bersejarah ini terletak di depan Gedung Agung (satu dari tujuh istana kepresidenan di Indonesia) dan Istana Sultan Yogyakarta Hadiningrat yang dinamakan Kraton. Benteng ini dibangun oleh VOC sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda kala itu. Benteng ini dikelilingi oleh sebuah parit yang masih bisa terlihat sampai sekarang. Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau di keempat sudutnya. Di masa lalu, tentara VOC dan juga Belanda sering berpatroli mengelilingi dindingnya. (wikipedia)

Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat, dari Benteng saya putuskan untuk jalan kaki menuju keraton. Dengan berjalan kaki saya bisa menikmati Jogja seutuhnya, dari Benteng hingga Keraton dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dengan berjalan kaki. Dengan menggunakan becak perjalanan dapat ditempuh selama 15 menit, dengan tarif 10.000 – 15.000 (bisa ditawar). Sampai di Keraton saya langsung menemui beberapa abdi dalem untuk mendengarkan cerita tentang sejarah dari Keraton Jogja. Di dalam Keraton selalu terdapat abdi dalem yang melakukan seni tembang dengan intonasi dan bahasa jawa yang khas Keraton. Keraton merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas. (wikipedia)

Hari sudah menjelang magrib, perjalanan saya lanjutkan menuju Jl. Wijilan yang terkenal dengan Nasi Gudegnya yang terletak disbelah timur Alun – alun Kidul. Di Jl. Wijilan banyak terdapat Warung Nasi Gudeg di sepanjang emperan jalan. Walaupun sedikit mahal tapi puaslah dengan rasa yang sesuai dengan harganya, Maknyoooos…satu porsi Nasi Gudeg dengan lauknya sekitar Rp 15.000. Hari pertama di Kota Jogja pun ditutup dengan santapan Nasi Gudeg Wijilan. Untuk menikmati Gudeg Jogja ya ngga harus di Jl. Wijilan,  setiap persimpangan jalam jogja biasanya ada pedagang Nasi Gudeg keliling yang sedang mangkal, sebenarnya ada satu tempat yang khas juga untuk menikmati Gudeg yaitu Gudeg Pawon di bilangan Umbulharjo, dimana Backpackers bisa menikmati Gudeg langsung di dapurnya. Berhubung ngga tau tempatnya, Gudeg Wijilan ngga kalah enak.

Keesokan harinya tempat yang akan saya tuju masih sekitar Keraton, namun bukan keratonnya melainkan bangunan sekitar keraton yang menurut saya terdapat spot – spot terbaik khas jogja untuk mengambil foto. Lepas waktu shubuh saya lanjutkan perjalanan saya di hari kedua ini, saya masih menggunakan bis Trans Jogja 3A untuk menuju Pasar Bringharjo. Pukul 06.30 saya sudah tiba di Pasar Bringharjo, berhubung saya belum sarapan Sego Kucing (Nasi Kucing) pun saya jadi kan sebagai sarapan pagi saya. Sungguh kenikmatan tersendiri menikmati sarapan ditengah – tengah mulai menggeliatnya aktivitas warga Jogja, hanya dengan kocek Rp 5.000 dua bungkus nasi kucing dan segelas teh manis hangat sudah bisa saya nikmati. Perjalanan selanjutnya dimulai dari Alun – alun Kidul Kota Jogja, kemudian saya menyusuri jalan yang tepinya di bangun tembok tinggi sepanjang jalan dan diujung jalan terdapat sebuah terowongan, ini dia tempat yang saya cari - cari, dimana sangat mencirikan Kota Jogja dan membuat saya penasaran karena sering diliput oleh berbagai acara jalan - jalan di beberapa stasiun Tv Nasional, tanpa berbasa - basi kamera langsung saya ambil dari tas dan  Jepreeett…

  Taman Sari, konon sejarahnya Taman Sari dijadikan sebagai tempat mandi bagi raja dan permaisurinya. Taman sari terletak di sebelah barat Alun – alun Kidul dan kembali saya putuskan untuk berjalan kaki, walaupun bisa juga naik becak Rp 5.000. di Tamansari kita bisa melihat beberapa kolam pemandian dan beberapa benda – benda peninggalan sejarah dari kerajaan Mataram Jogja. Tamansari sering dikunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara, uniknya Tamansari terletak ditengah – tengah perumahan warga dan awalnya tidak menyangka terdapat objek wisata disini. Dari Taman Sari kita bisa langsung mengunjungi Masjid yang terletak dibawah tanah dan memiliki lorong ysang sangat panjang, menurut informasi penduduk setempat salah satu lorong masjid tersebut bisa tembus hingga ke pantai Parangtritis yang berada di Selatan Jogja atau Pantai Selatan.


Dari Taman Sari kita bisa langsung mengunjungi Masjid yang terletak dibawah tanah dan memiliki lorong ysang sangat panjang, menurut informasi penduduk setempat salah satu lorong masjid tersebut bisa tembus hingga ke pantai Parangtritis yang berada di Selatan Jogja atau Pantai Selatan. Menurut ceritanya dahulu mesjid ini juga digunakan sebagai tempat persembunyian dan persemedian Raja, memang didalam lorong masjid terdapat beberapa ruangan menjorok kedalam layaknya sebuah tempat khusus, dari struktur bangunannya sepintas mirip dengan "lobang jepang" yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.
Angkringan St. Tugu, Perjalanan harus dihentikan karena hujan mengguyur kota jogja begitu derasnya, akhirnya saya putuskan untuk beristirahat sejenak di Mesjid sekitar Taman Sari. Hujan begitu lamanya turun dan sore pun tiba, kemudian saya lanjutkan untuk jalan – jalan sore di Malioboro dan malam pun tiba. Seorang teman sudah menunggu saya di sebuah jalan yang terletak di sebrang Jalan malioboro dan tepat di samping Stasiun Tugu, dimana jalan tersebut jadi tempat berkumpulnya muda – mudi Jogja karena terdapat warung Angkringan di sepanjang jalannnya. Angkringan di jalan ini cukup terkenal, dengan ala Lesehan dengan sajian Nasi Kucing dan Kopi Jossnya yang sangat nikmat, kalau belum ke warung Angkringan sebelah Stasiun Tugu tidak lengkap juga mengunjungi jogja, katanyaaaa…, tapi memang iya juga si. Backpackers bisa merasa santai menikmati nasi kucing dan kopi joss khas jogja, dijamin bakalan betah berlama - lama di angkringan ini (base on true story)
Tidak lengkap rasanya ke Jogja tidak mengunjungi Kota Gede dan Candi Prambanan, so hari terakhir saya di Jogja kedua tempat diatas saya jadikan sebagai tujuan akhir saya di Kota Jogja. Untuk menuju Kota Gede Backpackers harus naik dua kali Trans Jogja, pertama menuju Malioboro menggunakan 3A kemudian pindah jalur 2A/2B (rada lupa tapi jelas informasinya di shelter Malioboro) untuk menuju Kota Gede. Pukul 9 pagi sampai di Kota Gede, di Kota Gede terkenal dengan kerajinan peraknya dan bangunan Rumah Joglonya, berjalan di gang – gang sempit ditambah dengan senyuman sederhana warga Kota Gede memberi pengalaman yang tak terlupakan, di ujung gang tersebut adalah Pasar Kota Gede dan Es Dawet menjadi teman pelepas dahaga.

Tidak terasa hari sudah siang, saya kembali menuju shelter Trans Jogja Kota Gede untuk menuju Candi Prambanan, cukup jauh perjalan ditempuh selama 2 jam belum lagi di tambah macet di sekitar pusat Kota Jogja, sekitar pukul 3 sore saya tiba di Candi Prambanan. Sungguh peninggalan sejarah yang sangat menakjubkan, tapi sayang akibat Gempa Jogja beberapa candi ada yang rusak. Setelah satu jam di Candi Prambanan saya kembali menuju Kota Jogja (Malioboro) untuk mencari oleh - oleh khas Jogja, seperti Bakpia dan sebagainya. Untuk bakpia harga satu dusnya Rp 22.000, teman – teman bisa menuju jalan KS Tubun disana banyak kios kios khus oleh oleh jogja. Perjalanan di Jogja pun berakhir dan siap kembali ke Jakarta. Puaaaasssss….:) Ayo ke JOGJA………….